Sabtu, 10 Juli 2010

0 sedikit info tentang royalti

Mungkin hal ini menurut sebagian penulis maupun penerbit dianggap sensitif, namun sebelum ada akad kesepakatan, sebaiknya tentang royalti ini dibicarakan secara tegas dan jujur, supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari.

Berapa rata-rata royalti penulis buku? Jawabnya adalah relatif, tergantung seberapa tenar penerbit yang akan menerbitkan karya tersebut, juga seberapa besar nama dari penulis. Penerbit Islam yang lumayan besar di Bandung misalnya, memberi royalti 10 % dari harga jual buku setelah dipotong pajak 15 %. Artinya, jika buku dibandrol Rp. 50.000, berarti penulis mendapatkan maksimal Rp 5000 per buku. Mengapa ada kata maksimal? Karena biasanya penerbit memberi diskon kepada toko buku sebesar 30 % sampai 50 %, sehingga royalti penulis pun dihitung dari situ. Jika buku itu didiskon 50 % misalnya, berarti harga jual buku itu 25.000 sehingga 10 % nya berarti Rp. 2.500.

Ada pula penerbit yang mematok royalti dari harga netto. Dan besarannya tergantung masing-masing penerbit. Misalnya di salah satu penerbit Islam di Jakarta mematok 12,5 % dari harga netto. Sedangkan harga netto adalah 50 % (atau menurut kesepakatan) dari harga jual tertinggi. Dalam kasus di atas, berarti 50 % dari 50.000 yaitu Rp. 25.000. Sedangkan 12,5 % nya berarti Rp. 3.125.


Selain royalti, biasanya penulis juga berhak mendapatkan buku pada cetakan pertama dan cetakan berikutnya. Di penerbit tempat saya bekerja misalnya, penulis mendapatkan buku secara gratis sejumlah 10 eksemplar pada cetakan pertama, sedangkan pada cetakan kedua dan seterusnya mendapatkan 3 buku gratis per cetak.


Sekarang saatnya mengandai-andai. Jika buku yang Anda tulis terjual laris manis seperti yang dialami Andrea Hirata, sedangkan harga bukunya adalah 60.000, maka Anda akan mendapatkan Rp. 6000 per buku. Jika terjual 500.000 eksemplar, maka Anda berhak mendapatkan 3 Milyar rupiah. Sangat besar bukan?


sumber: http://penerbitanbuku.wordpress.com/2008/11

0 Ciri-Ciri Novel

Novel adalah salah satu karya fiksi berbentuk prosa. Ciri-ciri novel antara lain: (a) ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana; (b) bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya; (c) bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata; dan (d) alur ceritanya cukup kompleks.

Novel dibangun atas beberapa unsur intrinsik antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Ada beberapa istilah alur antara lain: alur rapat, alur renggang, alur progresif, alur regresif, dan alur gabungan. Alur rapat artinya hubungan antara proses dengan konflik sangat rapat. Kebalikannya alur renggang. Alur progresif yaitu menceritakan kejadian secara maju. Sebaliknya adalah alur mundur atau regresif. Alur gabungan jika menggabungkan alur progresif dan regresif.


Tokoh itu pelaku, sedangkan penokohan artinya penggambaran watak tokoh dalam novel. Watak tokoh berkembang mengiring konflik. Latar berkenaan dengan dimana (latar tempat), kapan (latar waktu), bagaimana (latar suasana), latar sosial, dan latar budaya, serta latar agama.


Tema merupakan dasar cerita yang menggambarkan inti masalah yang mendasari cerita novel. Tema bisa diambil dari kritik sosial, ekonomi, kemanusiaan, ketuhanan, reliji, atau keserakahan kaum penindas.


Nah, setelah Anda tahu tentang novel sekarang Anda dipersilakan menganalisis novel itu sendiri. Untuk menganalisis novel biasanya Anda diminta mengemukakan unsur intrinsik dari sebuah novel. Untuk itu yang Anda perlukan adalah: (a) identifikasilah unsur intrinsiknya; (b) jelaskan hubungan antarperistiwa yang terjadi dalam novel; (c) Analisis hal tersebut menurut sudut pandang Anda atau berdasarkan teori yang Anda pedomani; (d) tuliskan hasil analisis tersebut dalam bentuk tulisan esei atau kritik sastra. Nah, mudah kan? Sekarang Anda tinggal mencobanya. Selamat bekerja!

Sumber: http://barnas.wordpress.com/2008/11/06/bagaimana-menganalisis-novel/



0 NASKAH YANG LOLOS

Telah banyak naskah yang masuk ke redaksi penerbit. namun, dari sekian naskah tersebut hanya 7 naskah yang menurut kami sesuai dengan buku yang akan kami terbitkan. ketujuh naskah yang terpilih adala:
1. Di Kaki Pesagi by Mita Suciati;
2. Kemeja Batik by Laily Trio Adila;
3. Atmosfer Rindu by Egariah;
4. Super Women by Mey Suzana;
5. Gerung Situ Gintung by Sinsin Nobai;
6. Bingkisan Untuk Derma by Laela Awalia;
7. Senja Dibalik Jendela by Een Kurniati.

Penulis yang naskahnya terpilih akan kami hubungi lebih lanjut (via telp) pada bulan Juli 2009.

Karena jumlah naskah yang kami anggap sesuai belum mencukupi, maka kami membuka kesempatan lagi bagi siapa saja yang ingin mengirimkan naskah cerpen kepada kami.



Dengan kriteria:
1. Penulis pernah/sedang tinggal di lampung.
2. Cerpen belum pernah dipublikasikan.
3. Cerpen bertemakan sosial/human interest dan menggugah/inspiratif, tidak mengandung pornografi dan kekerasan.
4. Jumlah halaman naskah antara 6-8 halaman
5. Naskah diketik dengan format margin, 3,3,3,3; kertas A4, spasi 1,5.
6. Sertakan biodata lengkap pengirim (cantumkan no hp)
7. Tiap pengirim hanya bisa mengirimkan dua naskah cerpen.
8. Batas akhir pengiriman naskah 30 Juni 2009

Bagi penulis yang naskahnya sudah terpilih dapat mengirimkan naskah yang lain kepada kami. dan bagi para penulis yang naskahnya belum terpilih, juga mempunyai kesempatan untuk mengirimkan naskah yang baru pada kami.

KAMI TUNGGU NASKAH BARUNYA YA!!!
Semangat!!!

Selasa, 06 Juli 2010



Oleh Nia Restanjung
Mantan Wakil Ketua Umum Forum Studi Pengembanan Islam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila

(tulisan ini pernah dimuat di SKH Radar Lampung pada tanggal 19 Oktober 2007)


Kemarin (17 Oktober ) diperingati sebagai hari kemiskinan sedunia. Ketika pertama kali melihat berita tentang kunjungan SBY dalam rangka memperingati hari kemiskinan sedunia. Kedengerannya aneh, kemiskinan kok diperingati tapi memang itulah adanya. Saya jadi teringat kembali, bulan Sepetember lalu media lampung memberitakan bahwa Lampung masuk sebagai daerah termiskin kedua di Sumatra setelah Nangroe Aceh Darussalam, dan masuk pada peringkat ke delapan ditingkat nasional. Menyedihkan. Selama ini bila kita sering memperhatikan keadaan Lampung saat ini, banyak ditemukannya balita pengidap gizi buruk, anak jalanan dan gelandangan yang keliatannya makin merajalela dan bertebaran di ruas-ruas jalan lampu merah bahkan sampai ke perumahan.Serta tindak kriminalitas yang juga makin meningkat


Kemiskinan jelas bukan kata yang asing lagi ditelinga kita. Kemiskinan memang sudah ada sejak jaman dahulu kala dan mungkin kemiskinan memang tidak akan hilang sampai kiamat sekalipun karena ketika istilah ”miskin” tidak ada maka istilah ”kaya” pun tidak akan ada karena tidak ada istilah yang bisa digunakan sebagai pembanding. Bukankah segala sesuatu di dunia ini diciptakan saling berpasangan, ada siang ada malam, ada kaya maka ada miskin. Meskipun begitu tidak serta merta menganggap kemiskinan sebagai suatu kewajaran yang pasti ada sampai kapan pun sehingga kita merasa sama sekali tidak tergerak untuk memikirkan atau bertindak dalam rangka menurunkan tingkat kemiskinan di negara kita terutama di Lampung ini.
Adakah hubungan antara kemiskinan dengan minimnya kesehatan masyarakat, serta tindak kriminalitas yang makin meningkat ? kalau saya boleh menjawab, ”tentu ada kaitannya”. Karena miskin, seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya sehingga asupan gizi bagi tubuhnya tidak terpenuhi secara baik. Bahkan sampai muncul pernyataan bahwa ”orang miskin dilarang sakit” karena biaya berobat pun mahal. Kalaupun selama ini ada fasilitas kartu Gaskin (Keluarga miskin) prosedurnya terkadang terlalu rumit (atau mungkin memang sengaja dibuat rumit?). Sampai ada balita pengidap gizi buruk yang orang tuanya merasa khawatir membawa anaknya ke rumah sakit karena takut tidak dilayani karena berstatus ”miskin”. Karena miskin, seseorang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ditambah lagi lapangan pekerjaan yang tidak seimbang dengan jumlah sehingga dengan alasan ”miskin” mereka melakukan tindakan kriminal untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu dampak lagi yang jelas-jelas ditimbulkan oleh kemiskinan adalah kebodohan. Kerena miskin, seseorang mengalami kesulitan untuk mengenyam pendidikan, walaupun saat ini sudah ada program sekolah gratis melalui fasilitas BOS dan sejenisnya tetapi masih saja ada beberapa sekolah yang tetap memungut biaya ini dan itu. Ditambah lagi Universitas Lampung sebagai lembaga perguruan tinggi negri di Lampung yang mencanangkan akan merubah statusnya menjadi Badan Hukum Perguruan Tinggi (BHPT). Kalau sudah seperti ini maka Universitas Lampung akan berstatus otonom sehingga pembiayaan kegiatan belajar mengajar (dan kegiatan lainnya) akan di tanggung oleh pihak universitas kalaupun mendapat bantuan dari pemerintah atau badan lain (swasta/ negeri) sifatnya melalui kompetisi atau tender proyek. Ini berarti Unila tidak hanya memikirkan sistem pendidikan tetapi juga harus putar otak bagaimana bisa mendapatkan dana untuk membiayai semua kegiatannya. Kalau seperti ini, sudah dapat dipastikan mahasiswa pun akan terkena dampaknya, SPP akan naik bahkan mungkin akan lebih mahal dari perguruan tinggi swasta yang lain padahal banyak masyarakat yang menggantungkan harapannya pada Unila agar bisa tetap mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dengan biaya murah.

Selasa, 02 Juni 2009

0 SETELAH NASKAH DITERIMA PENERBIT

Naskah yang diterima oleh penerbit tidak dapat segera diterbitkan, namun naskah tersebut harus mengalami serangkaian proses lagi, diantaranya proses editing. Orang yang bertugas mengedit naskah disebut editor. Editor terbagi menjadi tiga,
•editor amatir
•editor spesialis
•editor generalis
•editor profesional

Secara umum, tugas editor adalah mengedit atau menyunting naskah sehingga menjadi naskah yang layak cetak. Mengapa naskah perlu diedit? Hal ini karena bisa dipastikan tidak ada naskah yang luput dari kesalahan, terutama kesalahan bahasa (ejaan, kalimat).


Dalam hal editing naskah, editor secara umum melakukan lima keputusan editing sebagai berikut:
•pengabaian yaitu membiarkan bagian naskah apa adanya karena sudah baik dan benar.
•Perbaikan yaitu melakukan perubahan bagian naskah dalam hal kalimat rancu atau bertele-tele, penempatan paragraf ataupun struktur bab.
•Penghilangan yaitu menghilangkan bagian teks karena memang dianggap tidak diperlukan, pengepasan halaman (kelipatan delapan karena jumlah halaman buku habis dibagi delapan), atau demi efisiansi halaman.
•Penambahan yaitu menambahkan bagian naskah karena dianggap penting, pengepasan, atau demi melengkapi substansi naskah.


Dua yang pertama bisa dikategorikan editing ringan sehingga dapat dilakukan oleh editor pemula. Namun, tiga yang terakhir termasuk kategori editing berat dan harus dilakukan oleh editor yang benar-benar berpengalaman.


Dalam konteks penerbitan buku, editor yang hendak melakukan tiga hal tadi harus memperoleh izin dari penulis. Editing adalah mata rantai penting dalam proses penerbitan naskah sehingga naskah tersebut layak terbit. Penulis naskah adalah mata rantai paling utama terjadinya proses penerbitan. Jika kedua mata rantai ini tidak saling mengait dengan erat, tentu tujuan akhir lahirnya sebuah karya yang berkualitas tidak akan pernah terjadi. Editor dan penulis harus bekerjasama untuk menghasilkan naskah yang baik.

Jadi jangan sakit hati kalau naskahnya di edit ya:-)

0 JENIS-JENIS TULISAN

ada beberapa jenis tulisan, diantaranya:


Fiksi, yaitu tulisan yang berbasis pada khayalan. Umumnya tulisan ini merupakan karya sastra, seperti cerita pendek, novel, puisi, dan drama.

Non-Fiksi, yaitu tulisan yang berbasis pada data serta fakta. Ada yang bersifat populer maupun serius (ilmiah). Contohnya, artikel, essai, faeture, berita atau resensi.

Faksi, yaitu tulisan yang merupakan gabungan fiksi dan non-fiksi. Tulisan ini disusun berdasarkan data an fakta, namun disajikan mirip dengan kisah seperti layaknya cerpen atau novel. Kisah sejarah Nabi SAW dan para sahabatnya yang dituliskan kembali bisa digolongkan faksi. Demikian juga biografi atau autobiografi.

sumber: menjadi powerful dai dengan menulis.



sekarang, kita tinggal memilih lebih suka menulis tulisan jenis apa. menulis naskah non-fiksi tidak berarti lebih hebat daripada menulis naskah fiksi, karena kualitas sebuah tulisan tidak dilihat dari jenisnya, melainkan dari isi tulisannya.



Selasa, 14 April 2009

0 Apa yang harus dilakukan setelah menulis

tugas seorang penulis tidaklah hanya MENULIS.

Setelah tulisan selesai dibuat, yang harus anda lakukan adalah mengirimnya ke media massa (untuk dimuat) atau ke penerbit (untuk dijadikan buku).


Dengan kata lain, tugas seorang penulis setelah menulis sebenarnya BERJUALAN NASKAH.


Bahkan ketika tulisan Anda hanya dimuat di blog pun, sebenarnya Anda sedang “menjual” naskah tersebut kepada para pengunjung blog Anda. Bukan menjual dalam arti sebenarnya, tapi berusaha semaksimal mungkin agar tulisan di blog Anda menarik dan bermanfaat bagi para pengunjung.


Dalam proses menjual, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan extra. saat Anda memajang tulisan Anda di Blog, Anda harus rajin meng-UpDate tulisan Anda. dan saat Anda mengirimkan naskah (tulisan) ke media massa atau ke penerbit Anda harus rajin mengecek apakah naskah anda diterima. jika belum diterima, jangan putus asa, terus coba kirim naskah baru Anda. Anda juga harus sabar menanti jawaban dari media massa atau penerbit, karena proses sleksi naskah memang tidak sebentar, hal ini bisa jadi disebabkan karena banyaknya naskah yang masuk ke media massa atau penerbit tersebut.


Sebagian dikutip dari:Jonru, inilah rahasia tentang cara menjual tulisan